Sadaka Taşı, Sarana Sedekah Yang Unik di Turki Usmani
Dermawan, itulah kesan pertama yang saya rasakan ketika pertama kali berkenalan dengan orang-orang Turki. Selama kuliah saya di Turki, saya sudah beberapa kali mengalami dan menyaksikan sendiri kedermawanan mereka. Diantara yang paling sering saya alami adalah mendapatkan diskon besar-besaran atau bahkan digratiskan sama sekali ketika saya ingin membeli sesuatu di pasar. Ketika saya tanya koq bisa gratis, jawaban mereka simple : "Sen öğrencisin" (Kamu kan pelajar).
Jadi dalam logika mereka, sudah seharusnya pelajar itu untuk mendapatkan potongan harga karena pelajar itu belum mapan ekonominya dan biasanya masih nebeng sama orangtua hehe
Nah, fenomena diatas telah mengundang rasa penasaran saya akan asal muasal kedermawanan ini, dan akhirnya saya pun menemukan sedikit kuncinya, yaitu dari segi sejarah.
Kegunaan dari batu tersebut adalah untuk menaruh uang yang ingin kita sedekahkah. Adapun Sadaka taşı ini biasanya terdapat di pojok tempat-tempat ramai seperti masjid dan pasar.
Orang Turki biasanya meletakkan uang yang ingin mereka sedekahkan di atas batu ini ketika petang dan orang yang membutuhkan uang pun akan mengambil uang dari Sadaka Taşı ini SECUKUPNYA SAJA sesuai kebutuhannya, dengan begitu orang yang bersedekah pun terhindar dari riya, dan orang yang membutuhkan pun tetap terjaga kehormatannya.
Kata pepatah Turki, "İyilik yap denize at, balık bilmezse Halik (Allah) bilir.” Artinya “Lakukanlah kebaikan, kemudian lemparlah ke laut, mungkin ikan tak akan tahu, tapi Allah pasti tahu”.
Jadi, di dalam beramal baik itu kita hendaknya menjauhi riya, dan hanya mengharap pahala dari Allah. Sayangnya, saat ini hanya sedikit sekali Sadaka taşı yang dapat ditemukan, photo di atas hanyalah salah satu dari peninggalan yang masih tersisa, lokasinya di Doğancılar, Üsküdar, İstanbul.
Padahal menurut beberapa pakar sejarah Turki Usmani seperti Prof. Dr. Ziya Kazıcı, di Istanbul saja setidaknya pada masa Turki Usmani dulu pernah ada 173 Sadaka taşı.(1) Belum lagi di kota-kota lainnya seperti Bursa dan Konya yang notabenenya adalah kota besar dan pusat kebudayaan pada masa Turki Usmani. Sungguh ini adalah sebuah bukti keluhuran budi, kejujuran, dan kedermawanan umat Islam, khususnya nenek moyang orang Turki pada waktu itu (masa khilafah Usmaniyah).
Lantas ke manakah perginya batu-batu tersebut? Apakah ini sebuah tanda akan hilangnya nilai-nilai Islami seperti kejujuran dan kedermawanan yang pernah ada di hati umat Islam kala itu?Entahlah, nilai-nilai Islam pada hari ini seakan-akan sudah tak ada lagi di kalangan Umat Islam, mungkin ada benarnya apa yang dikatakan oleh Mehmet Akif Ersoy (1873 -1936) dalam syairnya:
Padahal menurut beberapa pakar sejarah Turki Usmani seperti Prof. Dr. Ziya Kazıcı, di Istanbul saja setidaknya pada masa Turki Usmani dulu pernah ada 173 Sadaka taşı.(1) Belum lagi di kota-kota lainnya seperti Bursa dan Konya yang notabenenya adalah kota besar dan pusat kebudayaan pada masa Turki Usmani. Sungguh ini adalah sebuah bukti keluhuran budi, kejujuran, dan kedermawanan umat Islam, khususnya nenek moyang orang Turki pada waktu itu (masa khilafah Usmaniyah).
Lantas ke manakah perginya batu-batu tersebut? Apakah ini sebuah tanda akan hilangnya nilai-nilai Islami seperti kejujuran dan kedermawanan yang pernah ada di hati umat Islam kala itu?Entahlah, nilai-nilai Islam pada hari ini seakan-akan sudah tak ada lagi di kalangan Umat Islam, mungkin ada benarnya apa yang dikatakan oleh Mehmet Akif Ersoy (1873 -1936) dalam syairnya:
Kaç hakiki müslüman gördümse, hep makberdedir
Müslümanlik, bilmem amma, galiba göklerdedir
Müslümanlik, bilmem amma, galiba göklerdedir
Artinya :
Berapa banyak Muslim Hakiki yang pernah saya lihat semuanya sudah di dalam kuburan
Saya tidak tahu masih ada di manakah islam itu, mungkin adanya di langit.
Referensi:
1. Ziya Kazıcı, Osmanlı'da Hayır Müesseseleri ve Sadaka Taşları, İHH Dergisi, sayı: 35.
Tulisan yang bagus dan sangat inspiratif..
BalasHapusDitunggu tulisan berikutnya ustaz. Pengalaman2 ketika di turki... :)