Surat Cerdas Sultan Muhammad Al-Fatih Untuk Ayahandanya
Sultan Al-Fatih Saat Memasuki Kostantinopel |
Saat Sultan Muhammad II berumur 12 tahun, ayahnya Murat
II yang merasa sudah tua memutuskan untuk menjadikannya sebagai penggantinya.
Walhasil sang Fatih kecil pun naik tahta di usia dini, sedangkan sang ayah Murat 2, memutuskan untuk
menyendiri di kota Manisa menikmati masa ‘pensiun’nya.
Mendengar kabar ini, pasukan Salib di Eropa mulai
mengumpulkan kekuatan untuk menyerang Daulah Usmaniyah. Mereka menganggap
Sultan Muhammad hanyalah "anak kecil" yang akan gampang dikalahkan.
Sultan Muhammad pun mengadakan musyawarah dengan petinggi
negara, akhirnya diputuskan untuk memanggil ayahnya (Murat II) untuk kembali memimpin
pasukan perang, mengingat bahwa beliau lebih berpengalaman di medan perang.
Sultan Muhammad kemudian mengirim surat dari Ibukota Usmani ketika itu, Edirne, memanggil ayahnya
untuk memimpin pasukan perang.
Namun ayahnya menolak dengan alasan bahwa dia sudah tidak
lagi menjabat sebagai Sultan Turki Usmani, demikian
beberapa kali Sultan Muhammad terus membujuk ayahnya supaya mau kembali ke
Ibukota untuk memimpin pasukan perang.
Karena ayahnya terus menolak, maka Sultan Muhammad pun menulis
suratnya yang cerdas:
"Baba! Ya sen Padişahsın ya ben! Sen Padişahsan
şu tehlikeli anda milletin, seni ordunun başına çağırıyor gel; Ben Padişah isem sana
emrediyorum; Saltanat kendisine ait ise düşmanı karşılamak farzdır; yok eğer bize ait
ise emrimize itaat şarttır."[1]
“Ayahku! Kalau bukan kamu, maka sayalah yang menjadi
Sultan! Kalau sultannya adalah kamu maka umat yang sedang dalam bahaya ini
memanggilmu, maka datanglah! Jika Sultannya adalah saya, maka saya dengan ini memberikan perintah
kepadamu (untuk datang). Jika kesultanan ini milikmu, maka wajib bagimu untuk menjaganya dari musuh yang
menyerang. Adapun jika kesultanan ini milik kami (saya), maka wajib bagimu untuk taat
(pada perintah kami)."
Demikianlah surat singkat namun penuh makna ini membuat
Sultan Murat II terpaksa kembali ke Edirne, akhirnya pasukan Usmani yang
dipimpin ayahnya itu pun berhasil mengalahkan pasukan Salib dalam perang Varna.
Beberapa saat setelah itu Sultan Muhammad Al-Fatih pun turun
tahta dan kembali menjadi putra mahkota, sedangkan ayahnya yang sebelumnya
sempat mengundurkan diri dari tahta kekuasaan, kembali naik tahta. Pada tahun
1451, Sultan Muhammad Al-Fatih kembali naik tahta, yaitu pada umurnya yang ke-19
tahun. Dan pada umur 21 tahun, ia berhasil menaklukkan ibukota sekaligus
benteng pertahanan terakhir Romawi Timur; Kostantinopel yang pada hari ini
dikenal dengan nama Istanbul.
Demikianlah sepenggal contoh kecerdasan Sultan Muhammad
Al-Fatih sang penakluk Kostantinopel yang disebutkan di dalam hadis Nabi sebagai sebaik-baik pemimpin.
Posting Komentar untuk "Surat Cerdas Sultan Muhammad Al-Fatih Untuk Ayahandanya"