Mahfudzot Kelas 3 KMI Gontor Beserta Arti dan Penjelasannya (13)
لِصَالِحِ ابْنِ عَبْدِ القُدُّوْسِ (المُتَوَفَّى سَنَةَ
١٦٧ هـ)
Syair Solih bin Abdul
Qudus (Wafat 167H)
وَاحْفَظْ لِسَانَكَ وَاحْتَرِزْ مِنْ لَفْظِهِ
# فَالْمَرْءُ يَسْلَمُ بِاللِّسَانِ وَيَعْطَبُ
وَزِنِ الْكَلَامَ إِذَا نَطَقْتَ وَلَا تَكُنْ
# ثَرْثَارَةً فيِ كُلِّ نَادٍ تَخْطُبُ
وَالسِرُّ فَاكْتُمْهُ وَلَا تَنْطِقْ بِهِ # فَهُوَ
الأَسِيْرُ لَدَيْكَ إِذْ لَا يَنْشَبُ
وَاحْرِصْ عَلَى حِفْظِ القُلُوْبِ مِنَ الأَذَى
# فَرُجُوْعُهَا بَعْدَ التَّنَافُرِ يَصْعُبُ
إِنَّ القُلُوْبَ إِذَا تَنَافَرَ وُدُّهَا # شِبْهُ
الزُجَاجَةِ كَسْرُهَا لَا يُشْعَبُ
المُفْرَدَاتُ (Kosa Kata)
احترز : خف : Takutlah
يعطب : يهلك : Celaka
ثرثارة : كثير الكلام : Orang yang banyak
bicara
نادٍ : مكان الاجتماع : Tempat
perkumpulan
ينشب : يعلق : Berkobar/Menyala
الأذى : الألم : Rasa sakit
تنافر : تباعد : Pergi menjauh
ود : حب : Rasa cinta
يشعب : يجمع : Dikumpulkan
Terjemahan:
Peliharalah
lidahmu dan takutlah akan (akibat dari)
kata-katamu. Orang itu bisa selamat
karena lidahnya dan
juga celaka.
Pertimbangkanlah
ucapanmu ketika berbicara. Janganlah
jadi ‘mulut besar’ yang berbicara di setiap tempat.
Adapun
rahasia, maka sembunyikanlah ia dan janganlah engkau beberkan. Karena
ia adalah tawanan bagimu selama ia tidak menyebar.
Berusahalah
untuk tidak menyakiti hati. Karena tidaklah mudah
memulihkannya bila tersakiti.
Sesungguhnya
hati itu bila telah hilang darinya rasa cinta. Laksana kaca pecah yang takkan
bisa disatukan kembali.
Syarah / Penjelasan dan Kesimpulan:
Salah satu nikmat yang
kita miliki adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan mulut dan lidah,
karena itu sudah seyogyanya bagi kita untuk selalu bersyukur dengan cara
menggunakan mulut dan lidah kita untuk mengucapkan hal-hal yang baik saja.
Karena itu kita harus selalu mempertimbangkan segala ucapan kita tatkala kita
berbicara, karena kalimat yang sudah terlanjur terlontar dari mulut kita tak
akan pernah bisa ditarik kembali.
Sementara itu sebagai
umat Nabi Muhammad SAW, sudah selayaknya kita mencontoh adab dan akhlak beliau
yang mana kita semua tahu bahwasannya beliau adalah sosok yang tidak berbicara
kecuali untuk hal-hal yang bermanfaat dan bermakna saja, bahkan candaan beliau
saja tidak pernah mengandung hal yang sia-sia ataupun kebohongan. Bahkan beliau
menjamin syurga bagi ummatnya yang mampu untuk menjaga dirinya dari berdusta walaupun
saat bercanda, sebagaimana sabda beliau:
أَنَا زَعِيْمٌ بِبَيْتٍ فِيْ رَبَضِ الجَنَّةِ
لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا ، وَبِبَيْتٍ فِيْ وَسَطِ
الجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا، وَبِبَيْتٍ فِيْ أَعْلَى
الجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ (حديثٌ صحيحٌ،
رواه أَبُو داود بإِسنادٍ صحيحٍ)
“Aku menjamin sebuah
rumah di punggung Surga bagi orang yang menghindari pertengkaran walaupun ia
berada dalam posisi yang benar; aku juga menjamin sebuah rumah di pertengahan
Surga bagi orang yang meninggalkan kebohongan walaupun ia sedang bercanda; dan
aku juga menjamin sebuah rumah di puncak Surga bagi orang yang memperbaiki
akhlaknya”. (Hadis Shahih diriwayatkan oleh Abu Daud dengan Sanad yang Shahih)
Rahasia adalah amanat
yang hendaknya kita jaga dengan sebaik mungkin, apalagi jika rahasia tersebut
menyangkut orang lain. Sementara itu perlu kita ingat bahwasannya barangsiapa
menceritakan rahasia orang lain kepada Anda, harus disadari bahwa orang ini
juga dapat menceritakan rahasia Anda kepada orang lain. Maka tidak boleh
diberi kesempatan kepada orang rendahan seperti ini untuk mengetahui hal
pribadi Anda, walau hal yang paling sepele sekalipun!
Sebagai manusia, kita
adalah makhluk sosial yang hidup dengan cara berinteraksi dengan banyak orang,
maka hendaknya kita selalu menjaga sikap dan perilaku kita terhadap orang lain
dalam setiap interaksi kita, apalagi dengan status kita sebagai seorang ‘MUSLIM’
yang memiliki arti ‘Pembawa kedamaian’.
Maka hendaknya kita
pertanyakan kualitas keislaman kita apabila ucapan dan perbuatan kita selalu membuat
orang lain tidak senang, sakit hati, atau bahkan selalu menjauh dari kita. Terkait
hal ini, Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ : أَنَّ
النَّبيَّ ﷺ قَالَ: وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لَا
يُؤْمِنُ، قِيْلَ: مَنْ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ؟ قَالَ: الَّذِيْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ
بَوَائِقَهُ. مُتَّفَقٌ
عَلَيهِ.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. Bahwasannya Nabi
shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Demi Allah tidak beriman, demi Allah
tidak beriman, demi Allah tidak beriman”, kemudian ditanyakan: “Siapa ya
Rasulullah?”, Rasulullah SAW pun menjawab: “Orang yang tetangganya merasa tidak
aman dari keburukannya”. (HR. Bukhari - Muslim)
Sementara itu hati manusia itu diibaratkan seperti kaca yang mana jika
sudah tersakiti, maka ia akan pecah dan hancur berkeping-keping hingga sulit
untuk diperbaiki kembali. Ada juga orang yang menganalogikan hati itu seperti
dinding. Setiap kali ia terluka, ia seperti dinding yang ditancapi paku, dan
setiap kali dimintai maaf, paku itu dicabut kembali. Namun sebanyak apapun dimintai
maaf, maka bekas luka (bekas tancapan paku) itu masih ada, walaupun pakunya
sudah dicabut.
Posting Komentar untuk "Mahfudzot Kelas 3 KMI Gontor Beserta Arti dan Penjelasannya (13)"