Mahfudzot Kelas 4 KMI Gontor Beserta Arti dan Penjelasannya (8)
قَالَ
صَلَاحُ الدِيْنِ الصَفَدِي (المُتَوَفَّى سنة ٧٦٤ هـ)
Kata Sholahudin As
Shofadi (Wafat 764 H)
الجَدُّ
بِالجِدِّ وَالحِرْمَــانُ بِالكَسَلِ # فَانْصَبْ تُصِبْ عَنْ قَرِيْبٍ غَايَةَ
الأَمَلِ
وَاصْبِرْ
عَلَى كُلِّ مَا يَأْتِي الزَمَانُ بِهِ # صَبْرَ الحُسَـامِ بِكَفِّ الدَارِعِ
البَطَلِ
وَإِنْ
بُلِيْتَ بِشَخْصٍ لَا خَلَاقَ لَهُ # فَكُنْ كَأَنَّكَ لَـمْ تَسْمَعْ وَلَمْ
يَقُلِ
وَلاَ
يَغُرَّنَّكَ مَنْ تَبْدُوْ بَشَــاشَتُهُ # مِنْهُ إِلَيْــكَ فَإِنَّ السُمَّ
فيِ الدَسَمِ
وَإِنْ
أَرَدْتَ نَجَـاحًا أَوْ بُلُوْغَ مُنًى # فَاكْتُمْ أُمُوْرَكَ عَنْ حَـافٍ
وَمُنْتَعِلِ
Terjemahan:
Rezeki itu datang dengan kerja
keras dan tertahan dengan kemalasan. Maka bekerja keraslah niscaya kau dapatkan
dengan segera apa yang kau cita-citakan.
Bersabarlah terhadap segala hal
yang akan datang bersama waktu. Sebagaimana sabarnya pedang saat berada di genggaman
ksatria berbaju besi.
Jika engkau diuji dengan orang
yang tidak berakhlak. Maka berpura-puralah seolah engkau tidak mendengar, dan
ia tidak mengatakan apapun.
Janganlah tertipu oleh seseorang
yang menampakkan senyumannya padamu. Karena sesungguhnya racun itu ada di dalam
lemak.
Jika engkau menginginkan
keberhasilan atau pencapaian cita-cita. Maka rahasiakanlah itu dari semua
orang.
Syarah / Penjelasan dan Kesimpulan:
Dalam bait
pertama, penyair berpesan bahwasannya rezeki itu baru boleh diharapkan setelah
adanya usaha yang maksimal, karena itu kita hendaknya selalu berusaha walaupun
pada akhirnya nasib kita bergantung kepada takdir Ilahi.
Selain itu, satu hal yang
perlu kita ingat adalah bahwasannya yang dinilai oleh Allah dari seorang anak
manusia adalah usahanya. Ingatlah ketika Allah memerintahkan kepada
Sayyidatina Maryam, sebagaimana yang diceritakan dalam surat Maryam ayat 25, ketika
beliau dalam keadaan hamil besar, seorang diri di gurun pasir, Allah
memerintahkan kepadanya untuk menggoncang-goncangkan pohon kurma, maka pohon
kurma tersebut akan menjatuhkan buahnya. Padahal semua orang tahu bagaimana
kuat dan kokohnya pohon kurma tersebut, yang mana –jangankan oleh seorang ibu
yang sedang hamil tua- kalaupun ia digoncangkan oleh seorang laki-laki dewasa
yang kuat pun tak akan mungkin jatuh buahnya. Namun poin yang perlu kita ambil
di sini adalah bahwasannya yang dilihat oleh Yang Maha Kuasa di sini adalah “usaha”,
maka dengan adanya usaha kita itulah Allah memberlakukan ‘kun fayakun’
nya, walaupun sebenarnya usaha kita tersebut sebenarnya adalah hal yang sepele.
Sementara itu dalam bait
kedua, penyair berpesan bahwasannya kesabaran itu haruslah ada di setiap
waktu, sebagaimana sabarnya pedang yang ada di genggaman sang pahlawan yang
selalu siap untuk berhadapan dengan pedang-pedang musuh.
Dalam bait ketiga,
pesan yang dapat kita ambil adalah bahwasannya kita harus selalu bersabar atas
segala ‘bullying’ yang datang dari orang yang tak berakhlak. Cara yang dapat
kita lakukan adalah berpura-pura tak mendengar dan mengganggap seakan-seakan
segala ujian itu tak ada, karena biasanya orang-orang dengan tipe tersebut akan
berhenti tatkala mereka tak dihiraukan, dan mereka akan semakin menjadi-jadi
tatkala kita beri perhatian.
Bait keempat menyinggung
tentang senyuman atau “muka manis” yang sering menipu banyak orang, senyuman itu
muncul di wajah orang-orang yang punya niat-niat yang kurang baik. Karena itulah
kadang-kadang kita melihat orang-orang yang terlihat akrab ketika saling bertemu,
namun ketika berada di tempat lain mereka saling menghujat satu sama lain. Bait
ini berpesan kepada kita untuk selalu hati-hati terhadap senyuman, karena tak
semua senyuman itu muncul dengan ketulusan. Penyair mengumpamakan senyuman ini
dengan racun yang ada di dalam lemak. Yang mana lemak itu sangat disenangi
banyak orang, namun ternyata ada bahaya besar yang ada di dalamnya.
Di bait terakhir,
ada kata ‘Haafin’ yang secara harfiyah berarti orang yang nyeker
(berjalan tanpa alas kaki), dan juga ada kata ‘Munta’il’ yang berarti
orang yang berjalan dengan menggunakan alas kaki. Adapun gabungan dari kata Haafin
wa Munta’il menunjukan kejamakan, maka dapat diartikan ‘semua orang’. Bait ini
berpesan bahwasannya jika kita ingin mencapai sebuah tujuan besar, maka
hendaklah kita menyembunyikannya sampai kita sampai ke tujuan tersebut.
Adapun sebabnya bisa jadi
karena beberapa hal: bisa jadi karena ada orang yang tidak senang jika kita
sampai kepada tujuan tersebut, maka ketika ia mengetahui rencana kita, ia akan
selalu menghalang-halangi kita, atau bisa jadi juga karena membeberkan rencana
kita ke semua orang bisa saja memperlambat gerak kita karena akan selalu banyak
komentar berbeda yang malah membuat kita tak bisa bergerak.
Terkait merahasiakan
tujuan ini, ada seorang tokoh yang terkenal sangat ketat dalam menjaga rahasianya,
beliau adalah Sultan Muhammad Al-Fatih sang penakluk kostantinopel
(Istanbul). Konon katanya dalam ekpedisi terakhir beliau ke benteng musuh, tak
ada satupun para komandan dan prajuritnya yang tahu mereka mau pergi kemana, mereka
hanya diminta untuk patuh berjalan di bawah komando sang sultan sampai akhirnya
mereka tiba di tempat musuh. Konon katanya hal ini dilakukan oleh sang sultan
untuk mengantisipasi bocornya informasi ke tangan musuh karena biasanya musuh
menyebarkan mata-matanya sampai ke kerajaan-kerajaan tetangga. Ada satu ucapan
beliau yang sangat terkenal, yaitu : “Sırrımı sakalim bilse, onu kesip
atarım” yang artinya “Kalau jenggot saya ini mengetahui rahasiaku, maka saya
akan memotong dan membuangnya”.
Kata kunci transliterasi: Aljaddu bil jiddi, wa in buliyta bi syakhshin, lam
tasma’ wa lam yaquli, basyasyatuhu, summa fid dasami, buluugha munan, haafin wa
munta'ili.
Posting Komentar untuk "Mahfudzot Kelas 4 KMI Gontor Beserta Arti dan Penjelasannya (8)"