Mendidik Diri Kita, Untuk Mendidik Orang Lain
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar atau
mungkin merasakan sendiri bahwa dalam beberapa kasus, pendidikan sering menjadi
hal yang bisa dikatakan “gampang-gampang susah” atau bisa dikatakan mudah dalam
perkataan namun sulit dalam pelaksanaan, terutama pada zaman/masa sekarang yang
serba modern dan canggih yang kita sebut sebagai zaman Millenial.
Dengan adanya perkembangan zaman yang sangat luar biasa
ini, memberikan pendidikan merupakan hal yang amat sulit bahkan bukan tidak
mungkin ada guru yang akhirnya menyerah dengan keadaan sekarang karena sudah
tidak sanggup lagi untuk memberikan pendidikan terutama kepada anak.
Nah, di sini saya sebagai penulis artikel ingin berbagi
beberapa informasi yang semoga dapat bermanfaat bagi saya pribadi, dan juga bagi
pembaca sekalian tentang pentingnya mendidik diri sendiri agar bisa mendidik
orang lain.
Pertama-tama,
yang ingin saya bahas adalah sejarah Rasulullah Nabi Muhammad SAW ketika
mengajarkan atau menyebarkan agama Islam.
“Bagaimana cara beliau menyebarkan agama Islam?”.
Jawaban saya adalah dalam menyebarkan agama Islam beliau
menggunakan akhlak.
Kemudian pertanyaan saya yang lain adalah: “Apakah dalam
menyebarkan agama Islam beliau juga menyebarkan pendidikan Islam?”.
Jawaban saya juga adalah “Iya”, karena penyebaran agama Islam
juga bisa dikatakan sebagai penyebaran pendidikan Islam karena pada hakikatnya
penyebaran agama juga merupakan penyebaran pendidikan Islam.
Hal ini saya dasarkan pada kalimat yang dikatakan oleh
Imam Al-Ghazali: "Pendidikan merupakan proses me-manusia-kan manusia sejak masa
kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang
disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, dimana proses pengajaran
itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri
kepada Allah sehingga menjadi manusia sempurna”.
Pada
kalimat atau perkataan Imam Al-Ghazali tersebut kita dapat menyimpulkan sedikit
bahwa :
1- Pendidikan
ada sejak lahir hingga manusia wafat,
2- Dilaksanakan
oleh manusia/masyarakat,
3- Dilaksanakan
secara bertahap,
4- Diberikan
oleh orang lain, orang yang lebih mampu, masyarakat, manusia lain dan
sebagainya,
5- Proses
pembelajarannya bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Mungkin
hal yang saya sebutkan di atas hanyalah merupakan sebagian kecil maksud dari
perkataan dari Imam Al-Ghazali yang saya jadikan sebagai salah satu referensi
dalam artikel ini.
Namun
dari kesimpulan yang saya sebutkan di atas, saya akan mengambil kesimpulan
terakhir yaitu “Proses pembelajaran Pendidikan bertujuan untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT”, dari sini kita juga bisa mendapatkan kesimpulan bahwa
penyebaran agama Islam yang dilaksanakan oleh Rasulullah Nabi Muhammad SAW juga
merupakan penyebaran Pendidikan Islam.
Yang
Kedua, dalam penyebaran agamanya, “Cara apa yang digunakan
oleh Rasulullah?” jawaban saya lagi adalah Rasulullah Nabi Muhammad SAW
melaksanakan penyebarannya dengan menggunakan metode “PRAKTEK”.
Mengapa
saya sebut dengan metode praktik? karena dalam penyebaran agama Islam
Rasulullah cenderung atau lebih banyak mencontohkan perilaku yang baik atau
akhlak dan Pendidikan Islam melalui cara beliau bertindak, walau tak jarang
pula Rasulullah SAW menyebarkan agama dan Pendidikan Islam melalui nasihat atau
perkataan.
Sering
kali karna melihat begitu baik, begitu sempurna dan begitu luar biasa akhlak beliau,
banyak orang dari suku Quraisy yang kala itu masuk Islam, karena hati mereka
tersentuh oleh akhlak Rasulullah SAW.
Hal
Ketiga yang ingin saya sampaikan adalah, tujuan diutusnya dari
Rasulullah Nabi Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana
sabda beliau: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR: Baihaqi).
Dalam
Hadits ini Rasulullah SAW ingin mengatakan bahwa tujuan paling utama dari
diutusnya beliau selain untuk memberikan pengajaran tentang agama juga
memberikan pengajaran atau pendidikan tentang akhlak kepada manusia, oleh
karena itu hal terpenting yang harus dimiliki oleh manusia adalah akhlak yang
baik.
Selain
itu Allah SWT juga pernah berfirman dalam Al-Qur’an : “Sesungguhnya engkau
(Muhammad) adalah budi pekerti yang agung”.
Dalam
penggalan ayat Al-Qur’an tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa Budi
Pekerti/Akhlak yang dimiliki Rasulullah Nabi Muhammad SAW merupakan akhlak
terbaik dari yang terbaik. Nah, oleh karena itu dalam pendidikan akhlak, sosok
yang sangat bisa kita jadikan contoh adalah Rasulullah SAW sebagai pemilik
akhlak terbaik nan-agung.
Jadi,
kesimpulan dari 3 hal yang saya sampaikan sebelumnya adalah dalam pendidikan
alangkah baiknya kita mendidik diri kita, mendidik akhlak kita dan mendidik
perilaku kita agar bisa memiliki akhlak yang baik, agar mengikuti akhlak
Rasulullah Nabi Muhammad SAW dan agar bisa seperti beliau.
Hal
ini bertujuan agar kelak dalam mendidik seseorang baik itu anak kita, murid
kita atau keluarga kita, kita dapat memberikan pengajaran akhlak bukan hanya
sekedar dari nasihat saja, melainkan juga sekaligus dari perilaku, tingkah laku
dan akhlak kita sehari-harinya.
Insya
Allah dengan cara
seperti ini bisa membuat orang-orang yang mendapatkan pendidikan dari kita, serta
bisa memiliki pendidikan, akhlak dan tingkah laku yang baik juga Biiznillah
(atas izin Allah SWT).
Sekian
artikel yang saya buat, mudah-mudahan bermanfaat. Jazakumullah Khairan Katsiran.
Catatan:
Artikel
ini adalah artikel kiriman dari kontributor yang sudah disunting oleh editor
Putra Kapuas.
Pendapat
dan pandangan yang diungkapkan oleh kontributor adalah pendapat atau pandangan
mereka pribadi selaku penulis, dan tidak selalu mewakili sudut pandang Putra
Kapuas, sehingga Putra Kapuas tidak bertanggungjawab atas pandangan tersebut.
Profil
Singkat Penulis:
Bayu
Septian Wahidi, saat ini tinggal dan mengajar di Pesantren Al-Umm ASWAJA, Kota
Bogor. Penulis merupakan lulusan dari Pesantren Al-Umm ASWAJA (SMA) dan Pondok
Pesantren Al-Qur'an Darul Furqon, Caringin - Bogor (SMP).
Posting Komentar untuk "Mendidik Diri Kita, Untuk Mendidik Orang Lain"