Mahfudzot Kelas 1 KMI Gontor Beserta Syarah Penjelasannya (61-70)
61. لَيْسَ الجَمَالُ
بِأَثْوَابٍ تُزَيِّنُنَا إِنَّ الجَمَالَ جَمَالُ العِلْمِ وَالأَدَبِ
Bukanlah kecantikan itu
dengan pakaian yang menghias kita, namun sesungguhnya kecantikan itu ialah
kecantikan ilmu dan budi pekerti.
Kata pepatah Inggris: “Don’t
judge a book by its cover”, maksudnya janganlah kita menilai sebuah buku
hanya dengan melihat covernya saja.
Demikian pula dengan
hubungan kita sesama manusia, kita sering kali menilai orang hanya dari
penampilan luarnya saja. Kita lupa bahwa keindahan yang ada di dalam diri seseorang
yaitu keindahan yang dihasilkan oleh adanya ilmu dan perangai yang baik itu
jauh lebih berharga dari keindahan lahiriah yang akan pudar seiring berjalannya
waktu.
Adapun sisi lain yang
dapat kita tarik dari Mahfuzhat ini adalah bahwasanya ilmu juga harusnya
disertai dengan budi pekerti yang baik.
Artinya ilmu yang banyak
namun tak diiringi dengan adanya budi pekerti yang baik itu laksana pohon tak
berbuah.
62. لَا تَكُنْ رَطْبًا فَتُعْصَرَ وَلَا يَابِسًا فَتُكَسَّرَ
Janganlah engkau bersikap
lemah sehingga engkau akan diperas, dan
janganlah pula bersikap keras, sehingga engkau akan dipatahkan.
Maksud dari Mahfuzhat ini
adalah kita harus seimbang dalam segala urusan, kita harus menghindari Ifrath
(berlebihan) dan Tafrith (terlalu kurang).
Dalam pergaulan
sehari-hari kita sering melihat ada orang yang terlalu kasar sehingga dimusuhi
banyak orang, namun ada pula orang yang terlalu “lembek” sehingga malah menjadi
objek Bullying ataupun dipermainkan oleh orang-orang di sekitarnya.
Karena itu dalam Mahfuzhat lain juga dikatakan “Sebaik-baik perkara adalah
pertengahannya”.
63. مَنْ أَعَانَكَ عَلَى الشَّرِّ ظَلَمَكَ
Barang siapa menolongmu
dalam kejahatan maka ia telah menzalimimu.
Maksud dari Mahfuzhat ini
adalah bahwa sesungguhnya orang yang membantu kita melakukan sebuah keburukan
itu pada hakikatnya sedang menjerumuskan kita dalam sebuah dosa, oleh sebab itu
ia pada hakikatnya sedang menzalimi kita.
Demikian pula sebaliknya,
ketika kita membantu seseorang melakukan sebuah kejahatan, maka kita pada saat
ini sedang menzaliminya karena kita menjerumuskannya dalam sebuah dosa.
Dalam Islam, seseorang
hendaknya mencegah saudaranya dari berbuat kejahatan, karena sebenarnya itulah
bentuk kasih sayang kita sebagai sesama muslim.
Dalam sebuah hadis
Rasulullah SAW bersabda:
انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا
“Tolonglah saudaramu
baik ketika ia sedang berbuat zalim maupun ketika ia sedang dizalimi”.
Kemudian salah seorang
sahabat bertanya:
“Ya Rasulallah, aku paham
bahwa orang yang dizalimi harus aku tolong, namun bagaimana dengan menolong
orang yang berbuat zalim?”
Rasulullah SAW pun
menjawab:
تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهُ مِنَ الظُّلْمِ ، فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ
“Kamu cegah dia dari
berbuat zalim, maka sesungguhnya itulah bentuk pertolongan baginya”.
(Muttafaq ‘Alaih)
64. أَخِي لَنْ تَنَالَ العِلْمَ إِلاَّ بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ
عَنْ تَفْصِيْلِهَا بِبَيَانٍ: ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌ وَدِرْهَمٌ
وَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ وَطُوْلُ زَمَانٍ
Saudaraku! Kamu tidak
akan mendapatkan ilmu, kecuali dengan enam perkara, akan aku beritahukan
perinciannya dengan jelas :
1). Kecerdasan
2). Ketamakan (terhadap ilmu)
3). Kesungguhan
4). Harta benda (bekal)
5). Mempergauli guru (bermuamalah dengan
baik)
6). Waktu yang panjang
Karena saya kita
Mahfuzhat ini sudah sangat jelas, maka nampaknya tidak perlu disyarah 😊
65. العَمَلُ يَجْعَلُ الصَّعْبَ سَهْلًا
Bekerja itu membuat yang
sukar menjadi mudah.
Maksudnya adalah sering kali
sesuatu itu terlihat sulit sebelum ia dikerjakan, padahal ketika sudah
dilakukan ia akan menjadi mudah.
Misalnya ada seseorang
yang ingin membangun sebuah usaha, dalam pikirannya usaha yang akan ia bangun
tersebut adalah sebuah usaha yang sangat sulit dijalankan, butuh banyak biaya,
persaingan ketat, dan lain sebagainya.
Namun ternyata setelah
dijalani, ia pun merasa bahwa ternyata usaha tersebut tidaklah sesulit yang ia
bayangkan dulu.
Di sini lah letak
kuncinya, bahwa di dalam sebuah pergerakan itu ada berkah:
تَحَرَّكْ فَإِنَّ فِي الْحَرَكَةِ بَرَكَةً
“Bergeraklah, karena
sesungguhnya di dalam sebuah pergerakan itu ada keberkahan”, demikian
wejangan yang selalu diulang oleh Kyai Syukri di Gontor dulu.
66. مَنْ تَأَنَّى نَالَ مَا تَمَنَّى
Barang siapa berhati-hati,
niscaya mendapatkan apa-apa yang ia cita-citakan.
Kita hendaknya selalu
bersikap hati-hati dalam segala urusan, karena sering sekali terjadi seseorang
mendapatkan celaka karena kurangnya hati-hati.
67. اُطْلُبِ العِلْمَ وَلَوْ بِالصَّيْنِ
Carilah/tuntutlah ilmu
walaupun di negeri Cina.
Penyebutan negeri China
di sini tidaklah bermaksud untuk menunjukkan kemuliaan bangsa ataupun negeri
China dibandingkan bangsa-bangsa lainnya, adapun maksud dari disebutnya Negeri
China di sini adalah karena ia (dulu) dikenal sebagai negeri yang sangat jauh
dari jazirah Arab. Maka dipakailah ia untuk menunjukkan posisi yang sangat
jauh.
Pelajaran yang dapat kita
ambil adalah bahwa menuntut ilmu itu adalah sebuah kewajiban bagi kita, karena
itu kita dianjurkan untuk berkelana mencari ilmu walaupun sampai ke tempat yang
jauh.
Dulu, Imam Bukhari bahkan
pernah melakukan perjalanan dari kota Bukhara di Asia tengah hingga ke Baghdad
yang berjarak sekitar 2000 km, hanya untuk mengecek kesahihan sebuah hadis.
Demikianlah semangat para
ulama terdahulu dalam mencari ilmu yang hendaknya menjadi motivasi bagi kita
semua untuk terus bersemangat dalam menuntut ilmu.
68. النَّظَافَةُ مِنَ الإِيْمَانِ
Kebersihan itu sebagian
dari iman.
Kalimat ini bukanlah sebuah
hadis, namun maknanya mirip dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim yang berbunyi:
الطُّهُوْرُ شَطْرُ الْإِيْمَانِ
“Kesucian/bersuci
merupakan setengah/sebagian dari Iman” (HR. Muslim: 328).
Namun perlu dipahami bahwa
ada perbedaan makna antara an-Nazhaafah (Kebersihan) dengan at-Thuhuur
(Kesucian).
Thuhuur itu mencakup kebersihan secara Hissi (Kebersihan yang dapat diperhatikan
oleh indra), dan juga kebersihan secara Maknawi (kebersihan jiwa). Sedangkan
Nazhaafah sendiri hanyalah mencakup kebersihan secara Hissi saja
(kebersihan lahiriyah).
Karena itulah, semua hal
yang suci itu pasti bersih, namun tidak semua hal yang bersih itu suci.
69. إِذَا كَبُرَ المَطْلُوْبُ قَلَّ المُسَاعِدُ
Kalau besar permintaannya
maka sedikitlah penolongnya.
Kalimat ini bisa memiliki
2 arti:
Yang pertama: Bahwa
sebuah permintaan tolong yang membutuhkan usaha yang besar untuk menunaikannya
pasti hanya akan mendapatkan segelintir orang yang bersedia untuk membantu. Karena
memang tidak banyak orang yang bisa membantu. Ini adalah normal dan tidak ada
yang salah dengan hal ini.
Kedua: adapun arti lain
dari kalimat ini adalah bahwa orang yang terlalu sering meminta bantuan orang
lain (menjadikan itu sebagai kebiasaan), lambat laun akan kesulitan menemukan
orang yang bersedia menolongnya.
Misalnya ada seseorang
yang sangat manja sehingga apa pun keperluannya selalu minta tolong kepada
orang lain (sebenarnya ia mampu untuk melakukannya sendiri), maka orang seperti
ini lambat laun tak akan dihiraukan oleh masyarakat, sehingga tatkala ia benar-benar
membutuhkan pertolongan, orang-orang akan enggan untuk menolongnya lantaran
sikapnya yang terlalu gampang untuk meminta tolong.
Terkait hal ini, Rasulullah
SAW adalah contoh teladan, beliau selalu mengerjakan sendiri segala keperluan
beliau selama beliau mampu untuk mengerjakannya sendiri.
70. لاَ خَيْرَ فيِ لَذَّةٍ تَعْقِبُ نَدَمًا
Tidak ada baiknya sesuatu
keenakan yang diiringi (oleh) penyesalan.
Maksudnya adalah ketika kita
hendak melakukan sesuatu, kita hendaknya selalu memikirkan konsekuensi ataupun
akibat dari perbuatan tersebut. Apakah ia akan menjadi kebaikan ataukah
keburukan bagi kita di kemudian hari.
Jangan sampai sesuatu
yang akan kita lakukan tersebut hanya nampak indah di awal, namun membawa
penyesalan kepada kita di kemudian hari.
Baca Juga:
Assalamu'alaikum...ini bagus bgt sih komplit bgt...btw mau nanya ada versi bukunya nga y...klo ada kira kira bisa di beli dimana y...terima kasih...
BalasHapusWa'alaikumussalam.. Sampai saat ini kami belum membukukan tulisan-tulisan kami yang ada di website ini.
HapusJadi untuk saat ini, tulisan-tulisan kami terkait syarah/penjelasan Mahfudzat baru bisa diakses di website ini saja.
Alhamdulillah Barokalloh
BalasHapus