Mahfudzot Kelas 5 KMI Gontor Beserta Arti dan Penjelasannya (7)
Khutbah Rasulullah Saw.
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ لَكُمْ مَعَالِمَ
فَانْتَهُوْا إِلَى مَعَالِمِكُمْ، وَإِنَّ لَكُمْ نِهَايَةً فَانْتَهُوْا إِلَى
نِهَايَتِكُمْ، فَإِنَّ الْعَبْدَ بَيْنَ مَخَافَتَيْنِ: بَيْنَ عَاجِلٍ قَدْ مَضَى لَا
يَدْرِي مَا اللَّهُ صَانِعٌ بِهِ، وبَيْنَ آجِلٍ قَدْ بَقِيَ لَا يَدْرِي مَا
اللَّهُ قَاضٍ فِيْهِ، فَلْيَأْخُذِ الْعَبْدُ مِنْ
نَفْسِهِ لِنَفْسِهِ، وَمِنْ دُنْيَاهُ لِآخِرَتِهِ، وَمِنَ الشَّبِيبَةِ قَبْلَ
الْكِبَرِ، وَمِنَ الْحَيَاةِ قَبْلَ الْمَمَاتِ، فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ
بِيَدِهِ مَا بَعْدَ الْمَوْتِ مِنْ مُسْتَعْتَبٍ، وَلَا بَعْدَ الدُّنْيَا مِنْ
دَارٍ، إِلَّا الْجَنَّةُ وَالنَّارُ.
Artinya:
Hai manusia,
sesungguhnya kalian mempunyai petunjuk, maka berpeganglah dengan petunjuk itu.
Sesungguhnya kalian mempunyai akhir dan berpeganglah dengan akhir itu.
Sesungguhnya seorang hamba berada antara dua ketakutan: waktu yang telah lalu
tanpa diketahui apa yang akan Allah putuskan atasnya. Dan waktu tersisa akan
datang tanpa mengetahui apa yang akan Allah takdirkan padanya. Maka hendaklah
seorang hamba mengintropeksi jiwa untuk dirinya, berbuat di dunia untuk
akhiratnya, masa mudanya sebelum hari tuanya, di kehidupannya sebelum
kematiannya. Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, tidak ada
pengampunan setelah kematian. Tidak ada rumah (tempat kembali) setelah dunia,
selain surga dan neraka.
Penjelasan
Al-Zarqani (w. 1122 H) menyebutkan bahwa potongan matan ini merupakan salah
satu khutbah Rasulullah Saw. pada hari Jumat yang diriwayatkan oleh Jabir bin
Abdullah. Adapun al-Mazandarani (w.
1081 H) menyebutkan bahwa ini diriwayatkan oleh Yahya bin Muhammad dari Ahmad
bin Muhammad, dari Ali bin al-Nu’man dari Hamzah bin Hamran.[1]
Al-Mazandarani,
menjelaskan bahwa mā’lim di sini berarti
sumber ilmu dan hakikat ; hukum syariat yang menjadi hujjah bagi
alim.[2] Dalam
catatan kaki, Al-Zarqani juga menjelaskan arti matan secara gamblang.
Bahwa إنَّ لَكُمْ مَعَالِمَ yang
dimaksud mā’lim di sini adalah petunjuk yang membedakan antara kebenaran
dari keburukan. Kata mā’lim seakar dengan kata ‘ilm atau ilmu فَانْتَهُوْا إِلَى مَعَالِمِكُمْ. Hasan al-Bashariy senada dan mengatakan bahwa وَإِنَّ لَكُمْ نِهَايَةً فَانْتَهُوْا إِلَى
نِهَايَتِكُمْ setiap
orang mempunyai ilmu dan janganlah
kalian melampui atau melanggarnya.[3] Makna
نِهَايَتِكُمْ bagi al-Mazandarani berarti bahwa setiap
manusia punya tujuan hidup yang ingin dicapai dalam waktu tertentu (gāyah),
maka hendaknya berpegang dengan prinsip itu. [4]
Kemudian, al-Zarqaniy melanjutkan
bahwa فَإِنَّ
الْعَبْدَ بَيْنَ مَخَافَتَيْنِ seorang hamba berada di antara dua
ketakutan. أجَلٌ قَدْ مَضَى لَا يَدْرِي مَا اللَّهُ
فَاعِلٌ فِيهِ Pertama,
masa lalu yang tidak pernah dia ketahui apakah Allah akan menghitung dan menghukum
atas apa yang telah diperbuat atau mengampuninya. وَأَجَلٌ قَدْ بَقِيَ لَا يَدْرِي مَا اللَّهُ قَاضٍ فِيْهِ Kedua, masa
depan yang menjadi rahasia dari takdir Allah Swt. tanpa tahu apa yang akan
terjadi.
Menarik bahwa al-Mazandarani menyebutkan terkait ketakutan yang
senantiasa menjadi sifat dasar manusia ; sedih akan masa lampau dan
khawatir akan masa depan. Rasa takut ini
menuntun manusia senantiasa muhasabah diri. Ketakutan akan masa lalu, membuat
seorang hamba bertekad untuk bertaubat dan menyesali perbuatannya. Ketakutan
akan masa depan adalah bentuk kehati-hatian seseorang agar tidak mengulangi
kesalahan serupa dan senantiasa menjadi lebih baik dalam beramal.
Makna فَلْيَأْخُذِ الْعَبْدُ مِنْ نَفْسِهِ
لِنَفْسِهِ hendaknya agar menginstropeksi diri atas perbuatannya dan berhenti
bermaksiat lalu bertaubat[5].
Al-Mazandari menambahkan bahwa seyogyanya seorang hamba taat dan menjauhi
larangan Allah Swt serta zuhud.[6] وَمِنْ دُنْيَاهُ لِآخِرَتِهِ Berbuat di dunia untuk
bekal akhirat dengan amal salih[7]
seperti bersedekah untuk fakir miskin. Makna وَمِنَ الشَّبِيبَةِ قَبْلَ الْكِبَرِ agar memanfaatkan masa muda sebelum hari tua. Di
hari tua, tubuh melemah dan tak mampu banyak beribadah dan beramal seperti
dahulu. وَمِنَ
الْحَيَاةِ قَبْلَ الْمَمَاتِ Agar mempersiapkan bekal ketika
hidup sebelum wafat karena semua amal terputus saat mati[8].
Makna فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ merupakan sumpah Rasulullah
atas Dzat yang memelihara jiwanya; yakni Allah Swt, مَا بَعْدَ الْمَوْتِ مِنْ مُسْتَعْتَبٍ bahwa tidak ada
permohonan ampun setelah kematian (Lihat, QS. Al-Fusshilat : 24). Dan, ini
merupakan sindiran atas penyesalan dan kelalaian seseorang semasa hidupnya. Sesungguhnya
setelah kematian, hanya ada surga untuk orang bertakwa dan neraka untuk orang dan fasik, tidak ada tempat ketiga
selain itu إِلَّا
الْجَنَّةَ وَالنَّارَ وَمَا
بَعْدَ الدُّنْيَا مِنْ دَارٍ .[9]
Terakhir, menurut penulis pesan dari matan ini adalah agar
seorang hamba memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk beramal soleh, taubat dan
memohon pengampunan selama di dunia serta menyiapkan bekal untuk kehidupan di
akhirat kelak. Wallahu a’lā wa ‘alam.
[1] Menyikapi hal tersebut, hemat penulis
untuk tidak membahas penyebab perbedaan jalur riwayat dan keabsahan hadis ini.
Karena tujuan pembelajaran Mahfudzot adalah mengambil ibrah / hikmah. Perbedaan periwayatan dapat dibahas secara
detail dalam kajian Musthalahul Hadits.
[2] Muhammad
Shalih al-Mazandaraniy, Syarh Ushul al-Kāfi, Tahkik
Ali ‘Asyur, Dar Ihya Turats ‘Arabiy, Libanon, Cet. 1, 2000. Juz. 8 Hal. 223 atau lihat https://www.google.com/url?client=internal-elementcse&cx=003549371473027388862:p2qb8ea93io&q=http://shiaonlinelibrary.com/%25D8%25A7%25D9%2584%25D9%2583%25D8%25AA%25D8%25A8/1181_%25D8%25B4%25D8%25B1%25D8%25AD-%25D8%25A3%25D8%25B5%25D9%2588%25D9%2584-%25D8%25A7%25D9%2584%25D9%2583%25D8%25A7%25D9%2581%25D9%258A-%25D9%2585%25D9%2588%25D9%2584%25D9%258A-%25D9%2585%25D8%25AD%25D9%2585%25D8%25AF-%25D8%25B5%25D8%25A7%25D9%2584%25D8%25AD-%25D8%25A7%25D9%2584%25D9%2585%25D8%25A7%25D8%25B2%25D9%2586%25D8%25AF%25D8%25B1%25D8%25A7%25D9%2586%25D9%258A-%25D8%25AC-%25D9%25A8/%25D8%25A7%25D9%2584%25D8%25B5%25D9%2581%25D8%25AD%25D8%25A9_223&sa=U&ved=2ahUKEwjt9ZHYlLP9AhW6FLcAHUe3DWoQFnoECAQQAQ&usg=AOvVaw382BwGYSl5mL7eC9YSKeI5,
di akses pada 26 Februari 2023. Pukul 8.14 WITA.
[3] Muhammad
bin Abd al-Baqi al-Zarqaniy , Syarhu al-‘Allāmah al-Zarqāniy ‘alā al-Mawāhib
al-Laduniyyah bi al-Minha al-Muhammadiyyah, Tahkik Muhammad Abdul Aziz
al-Khalidiy, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut,Cet. 1, 1996, Juz 10, Hal
311-312.
[4] Muhammad Shalih al-Mazandaraniy, Syarh Ushul al-Kāfi, Hal. 8/223.
[5] Muhammad
bin Abd al-Baqi al-Zarqaniy , Syarhu al-‘Allāmah al-Zarqāniy ‘alā al-Mawāhib
al-Laduniyyah bi al-Minha al-Muhammadiyyah, Hal 311-312.
[6] Muhammad Shalih al-Mazandaraniy, Syarh Ushul al-Kāfi, Hal. 8/223.
[7] Muhammad bin Abd al-Baqi al-Zarqaniy , Syarhu al-‘Allāmah
al-Zarqāniy ‘alā al-Mawāhib al-Laduniyyah bi al-Minha al-Muhammadiyyah,
Hal 311-312.
[8] Muhammad Shalih al-Mazandaraniy, Syarh Ushul al-Kāfi, Hal. 8/223.
[9] Muhammad bin Abd al-Baqi al-Zarqaniy , Syarhu al-‘Allāmah
al-Zarqāniy ‘alā al-Mawāhib al-Laduniyyah bi al-Minha al-Muhammadiyyah,
Hal 311-312.
________________
Kata kunci transliterasi: Khutbah rasulullah, Inna lakum ma'alima, musta'tabin.
Baca juga :
· Kumpulan Mahfudzot Kelas 1 - 5 KMI Gontor
· Kumpulan Muthala’ah KMI Gontor Berbagai Judul
Kontributor: Hayyun Ulfah.
Editor: Admin Putra Kapuas.
Posting Komentar untuk "Mahfudzot Kelas 5 KMI Gontor Beserta Arti dan Penjelasannya (7)"